Pendahuluan
Membincangkan intelektualisme sastra Muslim abad 20, tidaklah akan komplit jika tidak membahasa Muhammad Iqbal dengan sejumlah karya-karyanya. Meminjam bahasa Annemarie Schimmel, sosok Iqbal dalam perspektif Annemarie Schimmel bagai seorang manusia bergelar “Nabi” yang mendapatkan wahyu dari hantaran Malaikat Jibril sehingga melahirkan karya-karya yang bersifat kewahyuan. Tentunya, menurut Schimmel, Iqbal tidak akan ada yang menyebutnya seorang “Nabi” karena bertentangan dengan dogma ajaran Islam, tapi kita boleh menerima bahwa Iqbal ternyata telah disentuh Sayap jibril (Gabriels Wing). 
Namun, Iqbal sadar betul akan keterbatasannya, hingga bersyair: Jika saya meninggi sehelai rambut lagi/Maka kemaha besaran Tenaga Gaib akan membakar sayapku habis. Dengan kebrilianan pemikiran, kala nafasnya masih menempel di gelegak motivasi hidup, tidak serta merta merasa ia harus bersikap dan berlaku sombong. Sehingga mengangkangi kekuasaan Tuhan yang Absolut. Sehelai rambut lagi – begitu kata Iqbal – maka yang Maha Kuasa akan menghilangkan hikmah di dalam diriku.

Sir Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab, pada tanggal 22 Februari 1873 dan ada yang menyebut ia lahir pada tanggal 9 Nopember 1877. Terlepas dari perdebatan itu, secara eksistensial ia telah mengalami pergulatan intelektual dari penganut panteisme dan sering disebut sebagai neo-platonismehingga berubah menjadi intelektual yang aktif, tidak lagi asyik me-nonaktif-kan diri dari realitas sosial yang profan.
Ia juga dikategorikan sebagai seorang filosof muslim yang tidak alergi terhadap pemikiran Barat, dan seolah mengajak bangsanya untuk menilai secara objektif pemikiran Barat. Ia seolah menjadi seorang juri Indonesian Idol yang di satu sisi mengkritisi dan di lain sisi memuji atau menghargai pemikiran Barat. Akan tetapi, kendati sering berinteraksi dengan filsafat Barat, tidak menjadikan dirinya tenggelam dengan “arus globalisasi” pemikiran.
Iqbal tetap mengangkat kearifan lokal India pada waktu itu yang berkaitan erat dengan tradisi pemikiran Persia yang banyak mewariskan keberagamaan asketisme, mistisisme, dan skeptisisme. Ia berusaha menafsirkan ketiga jenis keberagamaan itu dengan semangat profetik yang tidak melupakan realitas profan. Bukti dari keteguhannya terhadap tiga landasan itu, adalah dengan menulis karya filsafat Timur – yang berasal dari Disertasinya – bertajuk: The Development of Metaphysics in Persia: A Contribution to The History of Muslim Philosophy. Di Indonesia karya beliau ini diterbitkan Mizan dengan judul: Metafisika Persia : Suatu Sumbangan untuk Sejarah Filsafat Islam.  
Kendati Iqbal mengumandangkan misi kekuatan dan kekuasaan Tuhan, tidak menjadikannya membunuh ego kreasi yang bersemayam di kedalaman diri. Ia selalu membuka katup cakrawala pemikirannya atas dunia di luar Islam (terutama Barat). Ketika Iqbal meramu fostulat saya berbuat, karena itu saya ada (I act, therefore I exist), membedakannya dengan pemikir Muslim terdahulu yang banyak terjebak kenikmatan “asketisme di sana ”. Menyatukan diri dengan Tuhan, tetapi ego kreasi dalam diri terkikis habis.
Gejala tersebut oleh Iqbal diistilahkan dengan “kesadaran mistis”dan tentunya sangat bertentangan dengan “kesadaran profetik”. Kesadaran mistik adalah istilah yang digunakan Iqbal untuk mengkategorikan konsep wahdah al-wujud sebagai salah satu usaha yang dilakukan manusia dengan menafikan kehendak pribadi ketika mengidentifikasikan diri dengan Tuhan. Maka, aktivitas kreatif menjadi tidak terlihat dalam hidup keseharian.
Sedangkan, kesadaran profetik adalah sebuah cara mengembangkan suatu kesadaran melalui aktivitas kreatif yang bebas dan melalui kesadaran bahwa aktivitas kreatif manusia adalah aktivitas ilahi. Jadi, konsep wahdah al-wujud dalam perspektif Iqbal adalah pengidentifikasian keinginan pribadi dengan kehendak Tuhan melalui cara penyempurnaan diri, bukan penafian diri. Kehendak manusia pada posisi demikian menjadi otonom, tetapi tetap dalam koridor bimbingan ilahi.
Iqbal tidak serta merta mengakui kedaulatan fostulat milik Descartes, cogitoergo sum, karena eksistensi manusia tidak mengada hanya dengan melakukan kegiatan berpikir untuk mengeksiskan diri an sich. Intelektualisme yang hanya mendewakan rasionalitas tidak akan eksis tanpa ada aktivisme yang berdimensi praksis. Begitulah kira-kira gagasan yang dicoba dikembangkan Iqbal dalam pelbagai karya kritis-kreatif yang selama ini ia permenungkan. Dan dituliskan melalui lembaran-lembaran puisi profetik yang monumental.
Iqbal menjadi seorang sastrawan dan filosof muslim abad 20 yang memberikan kado berharga untuk tetap meng-eksis-kan suara kreatif umat, yang terbungkam pemikiran jumud, rigid, serta kaku atau kikuk. Puitis karya yang ditulis Iqbal sebagian besar dalam bahasa Persia daripada Urdu. Among his 12,000 verses of poem, about 7,000 verses are in Persian. 12.000 Di antara ayat-ayat-Nya puisi, sekitar 7.000 ayat yang dalam bahasa Persia. In 1915, he published his first collection of poetry, the Asrar-e-Khudi( Secrets of the Self ) in Persian. Pada 1915, ia menerbitkan kumpulan puisi pertamanya, yang Asrar-e-Khudi (Rahasia Diri) dalam bahasa Persia. The poems delve into concepts of ego and emphasise the spirit and self from a religious, spiritual perspective. Puisi menggali konsep ego dan semangat dan menekankan diri dari spiritual, perspektif agama. Many critics have called this Iqbal’s finest poetic work. In Asrar-e-Khudi, Iqbal has explained his philosophy of “Khudi,” or “Self.”Banyak kritikus menyebut karya ini puisi terbaik yang Iqbal. Dalam Asrar-e-Khudi,Iqbal telah menjelaskan filosofi dari “Khudi,” atau “Self.” He proves by various means that the whole universe obeys the will of the “Self.” Dia membuktikan dengan berbagai cara bahwa seluruh alam semesta mematuhi kehendak Diri “.” Iqbal condemns self-destruction. Iqbal mengutuk kehancuran diri. For him the aim of life is self-realization and self-knowledge. Bagi dia tujuan hidup adalah realisasi-diri dan pengetahuan diri. He charts the stages through which the “Self” has to pass before finally arriving at its point of perfection, enabling the knower of the “Self” to become the viceregent of AllahDia grafik tahap melalui mana Self” telah berlalu sebelum akhirnya tiba pada titik kesempurnaan, memungkinkan MahaMengetahui Diri “” untuk menjadi khalifah Allah.
Wings Of  Jibril
Baang-e-Dara(1924) (1924) First written in Persian, Bang-i Dara (Caravan Bell) was translated into Urdu by popular demand. Pertama ditulis dalam bahasa Persia, Bang-i Dara (Caravan Bell) diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu oleh permintaan populer. It is an anthology of poems written over a period of 20 years and is divided into 3 parts. Ini adalah antologi puisi yang ditulis selama 20 tahun dan dibagi menjadi 3 bagian. Baal-e-Jibraeel (1935)Baal-e-Jibraeel(1935) Baal-e-Jibaeel (Gabriel’s Wing) continues from Bang-i Dara.Baal-e-Jibaeel (Gabriel’s Wing) terus dari Bang-i Dara. Some of the verses had been written when Iqbal visited Britain, Italy, Egypt, Palestine, France, Spain and Afghanistan. Beberapa ayat-ayat itu ditulis ketika Iqbal mengunjungi Britain, Italia, Mesir, Palestina, Perancis, Spanyol dan Afghanistan. Contains 15 ghazals addressed to God and 61 ghazals and 22 quatrains dealing with the ego, faith, love, knowledge, the intellect and freedom. Mengandung 15 ghazal ditujukan kepada Allah dan 61 ghazal dan 22 quatrains berurusan dengan ego, iman, cinta, pengetahuan, kecerdasan dan kebebasan.
 Iqbal lebih suka bekerja terutama dalam bahasa Persia untuk periode dominan dalam karirnya, tetapi setelah tahun 1930, karya-karyanya terutama dalam bahasa Urdu. The works of this period were often specifically directed at the Muslim masses of India, with an even stronger emphasis on Islam, and Muslim spiritual and political reawakening. Karya-karya periode ini sering secara khusus ditujukan pada massa Muslim di India, dengan penekanan lebih kuat tentang Islam, dan spiritual Islam dan politik kebangkitan. Published in 1935, the Bal-e-Jibril ( Wings of Gabriel ) is considered by many critics as the finest of Iqbal’s Urdu poetry, and was inspired by his visit to Spain, where he visited the monuments and legacy of the kingdom of the Moors . Published in 1935, Bal-e-Jibril (Sayap Gabriel ) dianggap oleh banyak kritikus sebagai terbaik Urdu puisi’s Iqbal, dan terinspirasi oleh kunjungannya ke Spanyol, di mana ia mengunjungi monumen dan warisan kerajaan Moor. It consists of ghazals , poems, quatrains , epigrams and carries a strong sense religious passion. Ini terdiri dari ghazal , puisi, quatrains , epigram dan membawa rasa semangat keagamaan yang kuat.
Wings Of  Jibril
“Bersemangat dalam kerinduan hati kita-
Where does it come from? Dari mana asalnya?
Ours is the tumbler, but the wine within—Kita adalah gelas, tapi anggur dalam-
Where does it come from? Dari mana asalnya?
I know that this world is mere dust, Aku tahu bahwa dunia ini hanya debu,
And that we, too, are a handful of dust.Dan bahwa kita juga adalah segenggam debu.
But this pain of quest that runs through our being— Tapi ini sakit dari pencarian yang berjalan melalui kami sedang-
Where does it come from? Dari mana asalnya?
Our glances reach the neckline of the Galaxy;melirik kami mencapai lubang leher Galaxy;
This obsession of ours, this tumult and clamor—Ini obsesi kita, ini kekacauan dan keributan-
Where does it come from? Dari mana asalnya?
Zabūr-i’Ajam, in Kulliyyāt-i Iqbāl-Fārsī, 354 Zabur-i’Ajam, di Kulliyyāt i-Iqbal-Persia, 354
Konteks Dalam Puisi Wings of Jibril
Puisi berikut (tiga kuplet dalam bahasa aslinya) mewakili pesona Iqbal dengan pemikiran bahwa manusia,meskipun mereka memiliki sebuah konstitusi secara fisik, adalah yang memiliki elemen tertentu yang mendorong orang untuk melepaskan diri dari keterbatasan duniawi mereka dan terlibat dalam tindakan terus-menerus dan pencarian. It is difficult to explain the or* in of this element, and Iqbal repeatedly asks, Where does it come from? Sulit untuk menjelaskan atau dalam elemen ini, dan Iqbal berulang kali bertanya, mana asalnya? It is certain, however, that this element is distinct from the physical part of our being. The union of the physical (tumbler) with the nonphysical (wine” ) in the human being is a mystery. A greater mystery is that the nonphysical element drives the physical body, filling it with an “ardent longing, ” with the “pain of quest, ” with the “obsession ” to rise to galactic heights. Iqbal’s question about the origin of the nonphysical element i’n the human being is, of course, rhetorical, for it expresses Iqbal’s deep sense of wonder.]Sudah pasti, bagaimanapun, bahwa unsur ini berbeda dari bagian fisik dari keberadaan kita.. Dengan menyatunya fisik (gelas) dengan (nonfisik anggur “) pada manusia adalah misteri Misteri yang lebih besar adalah bahwa elemen nonfisik drive tubuh fisik, mengisinya dengan bersemangat kerinduan dengan rasa sakit “dari pencarian,” dengan obsesi ” untuk naik ke ketinggian galaksi pertanyaan Iqbal. tentang asal-usul dari unsur i’n nonfisik manusia adalah, Tentu saja, retoris, karena mengungkapkan rasa yang mendalam Iqbal heran.
Muhammad Iqbal (1877-1938) adalah salah satu pemikir besar abad ke-20. Dr. Iqbal was Dr Iqbal adalah an amalgam of an oracle, a seer, a poet, a philosopher and a thinker.campuran dari suatu nubuat, pelihat, seorang penyair, filosof dan pemikir. Dr. Ali Shariati describes Dr Ali Shariati menggambarkan him as “ a man of religion and a man of this world, a man of faith and knowledgedia sebagai “orang yang agama dan seorang laki-laki di dunia ini, seorang iman dan pengetahuan, seorang intellect and emotions, a man of philosophy and literature, a man of God and people.intelek dan emosi, seorang pria filsafat dan sastra, seorang pria Allah dan manusia. A devotee during the night and a lion during the day Pemuja selama malam hari dan singa di siang hari “. He further states that “ Iqbal is considered Dia lebih lanjut menyatakan bahwa “Iqbaldianggap to be a contemporary thinker and philosopher of the same rank as Bergson in the West or theuntuk menjadi pemikir dan filsuf kontemporer dengan nilai yang sama seperti Bergson di Barat atau same level as Ghazali in Islamic history ”. tingkat yang sama seperti Ghazali di dalam sejarah Islam
The message and the writings of Iqbal have many dimensions: literary, religious, political,Pesan dan tulisan-tulisan Iqbal memiliki banyak dimensi: sastra, agama, politik, social, educational, and economic. sosial, pendidikan, dan ekonomi. Iqbal’s poetry and philosophy are aimed at humanizing theIqbal’s puisi dan filsafat yang bertujuan untuk memanusiakan world. dunia. The central theme of Iqbal’s philosophy is the concept of “ Khudi or Selfhood ”. Tema sentral dari filosofi Iqbal adalah konsep “Khudi atau kedirian”. It is the Ini adalah source of feeling and knowing one’s inner capabilities and potential through contemplation,sumber perasaan dan mengetahui kemampuan dalam satu dan potensi melalui kontemplasi, introspection, self-cognition, self-realization and determined action.introspeksi diri, kognisi, realisasi-diri dan menentukan tindakan. It is the sense of human Ini adalah perasaan manusia identity in the individual as well as the society.identitas dalam individu maupun masyarakat. In the words of Iqbal: Dalam kata-kata Iqbal:
When ‘self’ embraces the energy of lifeKetika ‘diri’ mencakup energi kehidupan
The stream of life is transformed into an oceanArus kehidupan berubah menjadi lautan
According to Iqbal science, culture, poetry, literature, and law – everything – is the product ofMenurut Iqbal ilmu pengetahuan, kebudayaan, puisi, sastra, dan hukum – semuanya – adalah produk dari human aspirations actualized through continuous struggle.aspirasi manusia yang diwujudkan melalui perjuangan terus menerus. Filsafat menjadi cinta pertama, Iqbal mungkin ingin manfaat dari kuliah dari neo-Hegelian, John McTaggart dan James Ward, yang mengajar di Cambridge ke mahasiswa. Moreover, the two outstanding orientlists, EL Browne and Reynold A. Nicholson, were also at Cambridge lecturing on Persian literature.Selain itu, dua orientlists beredar, EL Browne dan Reynold A. Nicholson, juga di Cambridge berceramah tentang sastra Persia. In view of this, Iqbal’s admission as an undergraduate at Cambridge, though unusual, is understandable. Dalam pandangan ini, yang masuk Iqbal sebagai mahasiswa di Cambridge, meskipun tidak biasa, dapat dimengerti. Iqbal’s intellect was sharpened and his mental horizon widened under these eminent scholars who admired him and recognized his philosophic and poetic talent. Iqbal’s intelek itu diasah dan cakrawala mental melebar di bawah ini ulama terkemuka yang mengaguminya dan diakui filosofis dan puitis bakatnya.
In 1915, Iqbal published his major Persian philosophical Poem “Asrar-i-Khudi”.Pada tahun 1915, Iqbal dipublikasikan Puisi utama filosofisnya Persia “Asrar-i-Khudi”. Its continuation, Rumuz-i-bekhudi (Mysteries of the selflessness) appeared in 1918.kelanjutan nya, Rumuz-i-bekhudi (Misteri mementingkan diri yang) muncul pada tahun 1918. These poems initiated a series that included Payam-i-Mashriq (The message of the East, 1923) a response to Goethe’s West Ostriches Divan; Zubur-i-Ajam (Iranian Psalms, 1927); and Javid Nama (1932) which has been called “an Oriental Divine Comedy”.Puisi-puisi ini memulai seri yang mencakup Payam-i-Mashriq (Pesan dari Timur, 1923) respon ke Barat burung unta’s Goethe Divan; Zubur-i-Ajam (Mazmur Iran, 1927), dan Javid Nama (1932) yang telah disebut “sebuah Ilahi Oriental Comedy”. His generally shorter, more lyrical Urdu poems were also published in several collections, notably Bang-e-Dara (The Sound of the Bell, 1924) and Bal-e-Jabril (Gabriel’s wing, 1936). Nya umumnya lebih pendek, lebih liris Urdu puisi juga diterbitkan di beberapa koleksi, terutama Bang-e-Dara (The Sound of yang Bell, 1924) dan Bal-e-Jabril (Gabriel sayap, 1936). A collection of his English lectures on Islamic philosophy was published titled: The Reconstruction of Religious Thought in Islam (1930). Kumpulan Inggris ceramah filsafat Islam diterbitkan berjudul: Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam (1930). At his best, Iqbal is one of the great Urdu poets and a great Indo-Persian Poet as well.Di terbaik, Iqbal adalah salah satu penyair Urdu yang besar dan Indo-Persia Penyair besar juga.
A few critics who clearly ignore the anti-Muslim aspect of European expansion in Asia have claimed that the message of Iqbal was meant, above all, for the Muslim world and that it would not have a universal value.            Seorang kritikus beberapa yang jelas-jelas mengabaikan aspek anti-Islam ekspansi Eropa di Asia telah mengklaim bahwa pesan yang dimaksudkan Iqbal, di atas semua, bagi dunia Muslim dan bahwa ia tidak akan memiliki nilai universal. The poet himself has explained very clearly his point of view on this fundamental question. Penyair sendiri telah menjelaskan dengan sangat jelas pandangannya tentang masalah mendasar. He said: Dia berkata:
“The object of my Persian masnavis is not to attempt an advocacy of Islam. My real purpose is to look for a better social order and to present a universally acceptable ideals (of life and action) before the world, but it is impossible for me, in this effort to outlive this ideal, to ignore the social system and values of Islam whose most important objective is to demolish all the artificial and pernicious distinctions of caste, creed, colour and economic status… when I realized that the conception of nationalism based on the differences of race and country was beginning to overshadow the world and that the Muslims also were in danger of giving up the universality of their ideal in favour of a narrow patriotism and false nationalism, I felt it my duty as a Muslim and a well-wisher of humanity to recall them back to their true role in the drama of human evolution. No doubt, I am intensely devoted to Islam but I have selected the Islamic Community as my starting point not because of any national or religious prejudice, because it is the most practicable line of approach”. “Objek masnavis Persia saya tidak untuk upaya advokasi Islam. Tujuan sesungguhnya saya adalah untuk mencari suatu tatanan sosial yang lebih baik dan untuk menyajikan diterima cita-cita universal (hidup dan tindakan) sebelum dunia, tetapi tidak mungkin untuk saya , dalam usaha untuk hidup lebih lama dari yang ideal ini, untuk mengabaikan sistem sosial dan nilai-nilai Islam yang paling penting adalah tujuan untuk menghancurkan dan merusak semua perbedaan buatan dari kasta, keyakinan, warna kulit dan status ekonomi … ketika saya menyadari bahwa konsepsi berdasarkan nasionalisme perbedaan ras dan negara mulai menaungi dunia dan bahwa umat Islam juga berada dalam bahaya untuk melepaskan universalitas ideal mereka untuk mendukung sebuah patriotisme dan nasionalisme sempit salah, saya merasa tugas saya sebagai seorang Muslim dan seorang pemberi selamat-baik umat manusia untuk mengingat mereka kembali ke peran sejati mereka dalam drama evolusi manusia. diragukan lagi, aku sangat ditujukan untuk Islam, tetapi saya telah memilih Komunitas Islam sebagai titik awal bukan karena prasangka apapun atau agama nasional, karena baris paling praktis dari pendekatan “.
A poet of deep, reflective wisdom and delicate sensitivity, Iqbal occupies a very distinguished position among the men of letters. Seorang penyair dari dalam, kebijaksanaan dan kepekaan reflektif halus, Iqbal menempati posisi yang sangat terhormat di antara orang huruf. His poems, apart from their philosophic content, are full of concentrated emotion.puisi-Nya, terpisah dari konten filosofis mereka, penuh dengan emosi terkonsentrasi. The poems have a drama-like quality that penetrates the unconscious, a haunting quality which characterizes all true Poetry. Puisi memiliki-seperti kualitas drama yang menembus alam bawah sadar, sebuah kualitas yang menjadi ciri semua menghantui Puisi benar. They are a record of his deepened insight and his experienced visions, a marvel of suggestiveness. Mereka adalah catatan-Nya memperdalam pemahaman dan visi berpengalaman, sebuah keajaiban suggestiveness. Iqbal joined the keen intellect of the philosopher and the transcendental vision of the mystic, the exquisite expression of the artist.Iqbal bergabung dengan kecerdasan yang tajam filsuf dan visi transendental dari mistik, ekspresi indah seniman.
Iqbal’s dream of a society in which true brotherhood would exist, and the social rank of man would not be determined by his caste, his colour or his fortune, but by the kind of life he leads. impian Iqbal suatu masyarakat di mana persaudaraan sejati akan ada, dan peringkat sosial manusia tidak akan ditentukan oleh kasta nya, warna nya atau kekayaannya, tetapi oleh jenis kehidupan yang dipimpinnya. Iqbal always condemned the nationalism of the West as founded on mere animal ties of blood, instead of on harmony of ideals. Iqbal selalu mengutuk nasionalisme Barat sebagai didirikan pada hubungan hewan hanya darah, bukan pada keselarasan cita-cita. Iqbal is a seer and a humanist who has pondered deeply over all the social, political and economic problems facing the East and examined them in the light of his Quranic ideology. Iqbal adalah seorang pelihat dan seorang humanis yang mendalam atas semua merenungkan sosial, dan ekonomi masalah politik yang dihadapi Timur dan memeriksa mereka dalam terang ideologi Quran nya. A poet without a strong conviction can never conquer his milieu. Seorang penyair tanpa keyakinan yang kuat tidak pernah bisa menaklukkan lingkungan nya. In this sense, Iqbal was a great conqueror. Dalam hal ini, Iqbal adalah seorang penakluk besar. He had a purpose before him. Dia memiliki tujuan di depannya. It was a high purpose. Itu adalah tujuan yang tinggi. Iqbal had his own way. Iqbal punya caranya sendiri. All his life, Iqbal toiled hard to make others see and feel what he saw and felt. Sepanjang hidupnya, Iqbal bekerja keras keras membuat orang lain melihat dan merasakan apa yang ia lihat dan rasakan. For rising higher than animal level, a person has first to subjugate the animal within him. Untuk naik lebih tinggi dari tingkat hewan, seseorang pertama menaklukkan hewan dalam dirinya. To overpower ordinary, selfish desires is not an easy undertaking.Untuk mengalahkan biasa, keinginan egois tidak suatu usaha yang mudah. To make one’s capabilities conform to one’s ideas and ideals is another difficulty to surmount. Untuk membuat satu kapabilitas sesuai dengan ide-ide dan cita-cita adalah salah satu kesulitan lain untuk mengatasi. To live according to the dictates of intellect and faith is to be truly human. Untuk hidup sesuai dengan perintah intelek dan iman adalah benar-benar manusia. It is to become master in one’s own house such a master is a genuine “self”. Hal ini untuk menjadi tuan di rumah sendiri seperti satu master adalah asli “diri”.
Iqbal was a “self” power with a will and an unfaltering faith, he composed poem after poem to mirror the position and condition in which the Muslims stood at that time. Iqbal adalah seorang “diri” kekuasaan dengan surat wasiat dan iman unfaltering, ia menulis puisi setelah ke cermin posisi dan kondisi di mana Muslim berdiri pada waktu itu. He tried to make them realize their shortcomings and regain their self-confidence as a nation. Dia mencoba untuk membuat mereka menyadari kekurangan mereka dan mendapatkan kembali rasa percaya diri sebagai bangsa. He had started as a nationalist poet, since the major portion of poetry concerns the Muslims and Islam. Dia mulai sebagai penyair nasionalis, karena sebagian besar dari masalah puisi Muslim dan Islam. But Iqbal was not only a poet but also a philosopher too. Tapi Iqbal tidak hanya seorang penyair tetapi juga filsuf juga. The Nation calls him even Hakimul Ummat, which means the philosopher of the nation. Bangsa ini bahkan menyebutnya Hakimul Ummat, yang berarti filsuf bangsa.
Iqbal represents that moderation which is enjoined by Islam. Iqbal menyatakan bahwa moderasi yang diperintahkan oleh Islam. Almost all of his basic ideas are derived form Islam but he has presented them not only for the Muslims but for the entire world. Hampir semua ide dasarnya berasal formulir Islam, tetapi ia telah disajikan mereka bukan hanya untuk umat Islam tetapi untuk seluruh dunia. He maintains that the best solutions of the world problems lie in the Islamic way of life. Dia berpendapat bahwa solusi terbaik masalah dunia terletak pada cara hidup Islam.Iqbal maintained that every human being has been endowed by nature various kinds of abilities and capabilities. Iqbal menyatakan bahwa setiap manusia telah dianugerahi oleh alam berbagai jenis kemampuan dan kemampuan. The first duty of a person is to know himself or herself. Tugas pertama seseorang adalah untuk mengetahui dirinya sendiri. By knowing oneself he means to know the nature of one’s capabilities. Dengan mengetahui diri dia berarti untuk mengetahui sifat kemampuan seseorang.
Penutup
The message and the writings of Iqbal have many dimensions: literary, religious, political,Pesan dan tulisan-tulisan Iqbal memiliki banyak dimensi: sastra, agama, politik, social, educational, and economic. sosial, pendidikan, dan ekonomi. Iqbal’s poetry and philosophy are aimed at humanizing thepuisi Iqbal dan filsafat yang bertujuan untuk memanusiakan world. dunia. The central theme of Iqbal’s philosophy is the concept of “ Khudi or Selfhood ”. Tema sentral dari filosofi Iqbal adalah konsep “Khudi atau kedirian”. It is the Ini adalah source of feeling and knowing one’s inner capabilities and potential through contemplation,sumber perasaan dan mengetahui kemampuan dalam satu dan potensi melalui kontemplasi, introspection, self-cognition, self-realization and determined action.introspeksi diri, kognisi, realisasi-diri dan menentukan tindakan. It is the sense of human Ini adalah perasaan manusia identity in the individual as well as the society. identitas dalam individu maupun masyarakat. In the words of Iqbal:

Leave a comment

Trending